Pohon Tin itu mengingatkan daku,
Sebatang pohon di desa,
Tempat ku berteduh,
Daripada teriknya sinar mentari,
Ku bina ukhuwah di bawahnya,
Bersama mereka membuatku bahagia.
Namun kini aku di perantauan,
Ku belajar erti kesepian,
Baru terasa peritnya berjauhan,
Teman-teman ku rindukan,
Kegembiraan ku tinggalkan,
Kebahagian ku korbankan,
Kecintaan ku dambakan.
Tidak sama di sini dan di sana,
Banyak yang aku temui di sini,
Yang tidak aku temui di sana,
Kerakusan manusia mencengkam jiwa,
Kebencian menguasai diri,
Ketamakan menggilakan hati,
Kepentingan hanyalah untuk diri,
Kezaliman di canang merata-riti,
Kebahagiaan seperti tiada lagi.
Yang petah berkata-kata,
Ilmunya tidak kemana,
Seperti gendang kosong dipalu,
Kuat bunyinya,
Namun kadang-kadang sakit hati mendengarnya.
Yang rajin dirinya,
Tampil diri kerana nama,
Hanyut dek arus pujian,
Sering terbawa resmi ayam,
Bertelur sebiji riuh sepekan.
Yang hanya tahu mengeji,
Hakikatnya iri hati,
Tidak pandai berbudi,
Atau mungkin terlupa barangkali,
Akan kekurangan diri.
Yang bersikap sinis,
Menegur memberi nasihat,
Namun diri sendiri masih berkarat,
Kononnya akulah berserban berketayap,
Di depan bagaikan malaikat,
Namun di belakang kuat mengumpat,
Kerana itulah aku keseorangan,
Menyepi untuk ketenangan,
Beginilah waktu ditelan zaman,
Menjadi perantau yang kesepian….
~~ http://sepiperantau.blogspot.com ~~
ganah molek afif..puisi ye masuk lman web putra ^^
ReplyDelete(y)
ReplyDeletekatalah pada hati,
bahawa bahgia yang dicari,
bukan jauh dari diri,
bahkan pula dekat sekali,
andai dilihat mata hati,
usah peduli caci dan maki,
usah menyepi dari hakiki,
tutuplah mata bukalah hati,
lihatlah di depan diri sendiri,
derita yang dibenci-benci,
kini hilang dibawa pergi,
bahagia yang dicari-cari,
pula muncul menunjuk diri,
andai dilihat mata hati,
andai dilihat kedua kali.
semoga bahagia yang dipinta,
selalu berada di depan mata.